Ada banyak jenis sosis yang beredar di masyarakat. Awal mulanya, sosis dibuat untuk mengawetkan daging yang mudah sekali rusak karena tidak adanya lemari pendingin pada zaman itu, Pembuatan sosis ini bertujuan supaya daging lebih lama disimpan.
Secara sederhana, proses pembuatan sosis adalah memasukkan gilingan daging ke dalam usus yang sudah dibersihkan dan diikat ujungnya menyerupai selongsong. Setelah ditu diawetkan dengan berbagai cara seperti dengan diasap, diasin-kan, diberi rempah, atau direbus lalu dibekukan.
Namun kini, pembuatan sosis tidak hanya semata untuk mengawetkan daging saja, namun juga untuk menawarkan kepada konsumsi pilihan produk lain berbasis protein hewani dengan beragam rasa dan varian. Ada sosis berharga murah dan mahal. Kenapa bisa seperti itu? Karena dalam proses pembuatan sosis, persentase daging, lemak, bumbu, garam dan lain-lain dapat bervariasi hingga berpengaruh pada pada harga pokok produksi . Contohnya, sosis dengan kandungan daging murni 10% tentunya akan memiliki harga yang berbeda dengan yang kandungan daging murninya hanya 4%. Tak hanya itu, pilihan casing/selongong/pembungkus sosis juga banyak jenisnya. Makin pesatnya teknologi di bidang industri pangan, sosis yang dijual sekarang ini hampir tidak ada lagi yang memakai usus sebagai casing. Casing sosis yang umumnya dipakai sekarang ini adalah kantong sintetis berbahan dasar kolagen yang dibuat dari rumput laut (untuk yang bersertifikasi halal) atau lemak babi. Awalnya, selosong sosis juga transparan alias tidak berwarna, namun kini ada casing sosis berwarna putih, merah hingga merah gelap.
Selongsong ini pada dasarnya tidak berwarna alias transparan. Warna merah yang sering kita lihat pada produk-produk sosis sapi yang beredar adalah hasil penambahan pewarna makanan pada saat casing tersebut dibuat. Tak hanya hanya casingnya, sosisnya pun berwarna merah. Untuk memudahkan, konsumen biasanya mencirikan sosis sapi bewarna merah dan sosis ayam bewarna putih.
Warna merupakan salah satu indikator yang menjadi daya tarik bagi konsumen untuk memberikan kesan pada suatu produk baik disukai atau tidak disukai.
Sosis daging sapi dikenal memiliki warna merah yang menyerupai daging segar. Apakah makin merah sosis sapi, menandakan jumlah daging sapi yang digunakan makin banyak? Faktanya, tidak selalu. Warna merah pada sosis daging sapi umumnya didapat dengan cara menambahkan bahan pangan tambahan yaitu nitrit atau pewarna makanan.
Nitrit dan pewarna sintetis ditambahkan pada pengolahan daging agar menarik perhatian konsumen. Nitrit ditambahkan pada sosis dalam proses curing untuk mempertahankan warna dan mencegah pertumbuhan mikroba. Penambahan nitrit ini juga dilakukan untuk mempermudah pembentukan warna dan rasa tertentu dalam proses pengolahannya. Bahan pewarna digunakan pada hampir semua sosis, tidak selalu pada sosis ayam. Selain nitrit, eritrosin dan merah allura merupakan pewarna makanan yang kerap digunakan untuk memberikan warna merah pada produksi sosis sapi.
Jadi, semakin merah sosis bukan berarti kandungan daging sapinya banyak ya Bu! Untuk mengetahui persentase daging yang digunakan dalam sosis tersebut, ibu bisa melihatnya di daftar komposisi bahan baku. Makin tinggi persentasenya maka makin banyak jumlah daging asli yang digunakan dalam sosis tersebut. Cek juga kehalalan ya! Pastikan produk yang ibu beli sudah memiliki label halal dan memiliki izin edar dari Badan POM. Bijaklah mengonsumsi pangan olahan, sebaiknya tidak mengonsumsi pangan olahan daging seperti sosis pabrikan dalam jumlah banyak.
Foto oleh Luis Quintero: https://www.pexels.com/id-id/foto/foto-close-up-sosis-tusuk-di-baki-1857729/