Peran ayah dalam tumbuh kembang anak bukan hanya sebagai pencari nafkah atau pelindung keluarga. Penelitian terkini menunjukkan bahwa keterlibatan emosional ayah, terutama dalam bentuk komunikasi seperti ngobrol dan berdiskusi secara rutin, membawa dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Tidak hanya bermanfaat untuk anak laki-laki, anak perempuan pun mendapatkan dampak positif yang serupa. Hal ini menjadi penting untuk dipahami terutama oleh para wanita muda, calon ibu, dan ibu rumah tangga yang tengah membentuk pola asuh terbaik bagi keluarga mereka.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Developmental Psychology, anak-anak yang sering berdiskusi dengan ayahnya menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan verbal yang lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang hanya berinteraksi secara verbal dengan ibunya saja. Ayah cenderung menggunakan kosa kata yang lebih variatif dan struktur kalimat yang lebih kompleks saat berkomunikasi dengan anak. Ini membantu merangsang area otak yang berperan dalam kemampuan bahasa dan logika anak (Rowe et al., 2015).
Bukan hanya itu, penelitian dari Harvard University (Cabrera et al., 2018) mengungkapkan bahwa anak-anak yang memiliki ayah yang aktif berbicara dan berdiskusi sejak usia dini cenderung memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih baik, seperti kemampuan mengatur emosi, empati, dan kemampuan menyelesaikan konflik. Diskusi yang sehat dan penuh kehangatan dengan ayah menciptakan ruang bagi anak untuk belajar mendengarkan, mengutarakan pendapat, serta mengelola perbedaan sudut pandang secara konstruktif.
Dalam aspek psikologis, peran ayah sebagai komunikator juga berperan dalam membentuk rasa percaya diri anak. Sebuah riset dari American Psychological Association (APA, 2020) menyatakan bahwa anak yang merasa suaranya didengarkan oleh ayahnya memiliki harga diri yang lebih tinggi. Ketika ayah memberikan perhatian penuh saat anak bercerita atau berdiskusi, anak merasa dihargai dan penting. Ini menjadi fondasi penting untuk tumbuh kembang mental anak, terutama saat menginjak usia remaja.
Menariknya, efek positif komunikasi dengan ayah juga berdampak jangka panjang. Studi longitudinal oleh University of Oxford menemukan bahwa anak-anak yang sering berdiskusi dengan ayahnya di usia prasekolah memiliki performa akademik yang lebih baik saat menginjak usia sekolah dasar hingga remaja (Flouri & Buchanan, 2004). Interaksi yang kaya dengan ayah memicu perkembangan koneksi saraf di otak yang berhubungan dengan logika, pengambilan keputusan, dan kreativitas.
Melihat begitu besarnya dampak komunikasi ayah terhadap perkembangan anak, sudah seharusnya para ibu turut mendorong ayah untuk lebih aktif berinteraksi secara verbal dengan anak. Tak perlu selalu percakapan serius — cerita pendek sebelum tidur, diskusi ringan tentang hewan kesukaan, hingga bertanya “Bagaimana harimu di sekolah?” sudah sangat berarti.
Referensi:
1. Rowe, M. L., Coker, D., & Pan, B. A. (2015). “A comparison of fathers’ and mothers’ talk to toddlers in low-income families.” Journal of Applied Developmental Psychology, 38, 12–20.
2. Cabrera, N., Volling, B. L., & Barr, R. (2018). “Fathers Are Parents, Too! Widening the Lens on Parenting for Children’s Development.” Child Development Perspectives, 12(3), 152–157.
3. Flouri, E., & Buchanan, A. (2004). “Early father’s and mother’s involvement and child’s later educational outcomes.” British Journal of Educational Psychology, 74(2), 141–153.
4. American Psychological Association. (2020). “The importance of father-child communication.” www.apa.org.
Photo by Tima Miroshnichenko: https://www.pexels.com/photo/a-family-sitting-on-the-floor-playing-music-5814097/





