Diperoleh informasi dari situs stunting.go.id, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018.
Penyebab terjadinya stunting multifaktorial. Selain kekurangan gizi yang terus menerus, akses air bersih yang sulit juga bisa menjadi faktor penyebab. Tidak adanya air bersih menjadikan masyarakat kurang higienis tidak memperhatikan sanitasi dampaknya mudah sakit, tidak dapat menyerap asupan nutrisi dengan optimal. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan gizi kronis pada anak atau sering disebut dengan stunting.
Menurut survei SSGI, daerah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat yang mempunyai prevalensi angka stunting yang tinggi.
Untuk membantu mengurangi angka stunting di Indonesia bagian timur, terutama di Provinsi Kalimantan Barat, Sinar Mas Agribusiness and Food telah menyelesaikan pembangunan sistem sanitasi, air mengalir serta pemasangan penyaringan air minum bagi 80 keluarga di Desa Sentabai. Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami prevalensi stunting yang tinggi di Indonesia di angka 29,8%, di mana rata-rata nasional di 24%. Saat ini, pemerintah Kalimantan Barat memiliki target untuk dapat menurukan angka tersebut menjadi 17% di 2024.
Melalui program Sanitasi, Air Bersih, Aman dan Sehat (SAHABAT), memungkinkan masyarakat setempat untuk mengakses air bersih yang mengalir dengan lebih mudah dan cepat, mendapatkan manfaat dari sistem sanitasi yang lebih baik, serta akses air minum yang aman di area-area umum.
Foto oleh Samad Deldar: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-membersihkan-tangan-di-bawah-air-66346/