Usaha Menurunkan Angka Stunting, untuk Indonesia Lebih Baik

Indonesia Gastronomy Community (IGC), Senin lalu (10/10/02022) mengadakan round table discussion yang berjudul Peran Nutrisi dan Hidrasi Berbasis Makanan Tradisional untuk Eradikasi Stunting. Acara yang mengundang 8 panelis ahli ini bertempat di Auditorium Fakultas Ilmu da Budaya Universitas Indonesia.

Seperti yang sudah diketahui, angka stunting di Indonesia masih tinggi yakni mencapai 24%. Jauh dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia yakni maksimal 20% . Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo nenargetkan angka stunting turun hingga 14% di tahun 2024. Oleh karena itu diperlukan bantuan dari banyak pihak untuk menurunkan angka stunting ini.

Mengambil peran untuk membantu pemerintah, Ria Mursiawan, Ketua Umum IGC dalam sambutannya mengatakan, IGC mencoba memfasilitasi untuk mengadakan konsesus dengan para ahli dan para pemangku kepentingan kuliner Indonesia. Konsesus ini bertujuan  untuk menghasilkan sikap dan kebijakan bersama tentang perannya gizi dan hidrasi dalam penanangan stunting. Kegiatan IGC ini berlangsung 3 tahap, pertama yakni mengumpulkan pendapat dari para ahli dengan berbagai latar belakang. Tahap kedua memformulasikan kajian ilmiah singkat terkait peran nutrisi dan hidrasi berbasis kuliner nusantara yang efektif untuk menurunkan stunting. Dan tahap terakhir yakni deklarasi konsesus nutrisi dan hidrasi berbasis makanan tradisional dalam penanganan stunting yang dipublikasikan melalui acara konferensi press (temu wartawan), dan terakhir yakni memberikan hasil konsesus kepada pemangku kebijakan sebagai bentuk komitmen dukungan IGC terhadap usaha penanggulangan stunting di Indonesia.

Menurut Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, Medical Science Affair dari Danone Indonesia ada sekitar 9 juta anak Indonesia menderita stuting. Dan jumlah ini setara dengan 2 kali populasi negara Singapura. Ada banyak aspek yang bisa menjadi penyebab stunting ini yakni tidak hanya karena masalah makanan dan gizi tapi berhubungan juga dengan masalah kultur sosial, masalah psikologi, kekayaan lokal dan yang paling dominan adalah aspek ekonomi. Anak yang menderita stunting memiliki kognitif yang buruk, dan hal tersebut berlanjut hingga dewasa. Penelitian di Belanda mengungkap, anak-anak stunting pada usia produktifnya yakni 20 tahun kemudian hampir semuanya bekerja sebagai buruh. Penelitian sudah membuktikan bahwa anak stunting memiliki kognitif yang buruk dengan nilai matematika anak stunting dua kali di bawah standar, artinya mereka tidak bisa menyelesaikan soal perkalian sederhana.

Sebenarnya angka stunting di Indonesia bisa ditekan dengan mengoptimalkan asupan protein dari hidangan tradisional. Karena sebenarnya Indonesia kaya akan berbagai sumber bahan pangan yang diolah menjadi berbagai hidangan lokal yang enak dan menyehatkan. Seperti yang diutarakan Hindah Jatiningrum, Dewan Pakar IGC pada acara yang sama. Ada banyak sekali hidangan khas Indonesia seperti ayam kalasan, karedok, gado-gado-, dadih, sayur katuk, bubur manado, sambal seruit dengan berbagai lauk, dan lainnya. Namun diperlukan inovasi penyajian dan pengemasan supaya hidangan tradsiional tersebut lebih disukai dan dilirik oleh kaum muda.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita karena kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan. Menurut dr. Luciana Sutanto, President of the Indonesian Nutrition Association ada dampak jangka pendek dan jangka panjang stunting. Dampak stunting yakni IQ rendah, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan dampak jangka panjang yakni produktivitas rendah, biaya kesehatan tinggi, tubuh kerdil sehingga berpengaruh pada produktivitas yang rendah, risiko tinggi diabetes dan kanker, serta kematian awal (kematian premature). Jika dilihat dari daur kehidupan, yakni remaja. Remaja yang kurang gizi lalu menjadi ibu, ibu juga kekurangan gizi, pengetahuan rendah menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan ini bisa menyebabkan stunting. Lalu bagaimana harus memutus? Dr. Luciana mengungkap salah satunya yakni budaya menikah dini di desa-desa masih tinggi, perlu dihapuskan.

Selain itu Anak-anak stunting risiko meninggalnya meningkat 4 kali, skor IQ 11 poin lebih rendah, pendapatan orang dewasa stunting juga rendah. Oleh karena itu, perlu diterapkan pola makan bergizi seimbang untuk semua usia. Dalam piring kita, satu hari perlu 1/3 bagian karbohidrat, 1/3 bagian sayuran, 1/6 bagian lauk, dan 1/6 bagian buah. Untuk pencegahan lainnya bisa dilakukan inisiasi menyusui dini, dan memberikan MPASI yang tepat dan adekuat pada bayi.

Pengamat dan pelaku kuliner Chef Stefu Santoso yang juga hadir menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada masalah dengan kuliner Indonesia. kuliner tradsional Indonesia mendapat tempat yang cukup istimewa di 5 tahun ini. Menurut Chef Stefu, masalah utama pengentasan stunting di Indonesia adalah ekonomi dan edukasi.

Ada banyak hal yang musti dilakukan untuk menurunkan angka stunting yang ditargetkan, yakni 14%. IGC berharap hasil konsesus yang telah dicapai dapat memberikan sumbangan masukan bagi pemangku kebijakan untuk menurunkan angka stunting tersebut.

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *