Anakku Susah Makan, Kenapa Ya?

Asupan gizi sangat penting bagi anak, terutama 1000 hari pertama kehidupannya atau dikenal juga sebagai golden age. Pada periode emas ini, otak anak berkembang hingga 80 persen otak orang dewasa, sehingga zat-zat gizi yang dikonsumsi anak berpengaruh besar pada perkembangan otaknya.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika para Ibu melakukan berbagai cara agar anak mau makan.. Sayangnya, pada usia itu justru anak sering menolak untuk makan. Data menunjukkan lebih dari 50 persen ibu mengaku bahwa salah satu anak mereka sulit makan. Dengan kata lain sekitar 20-30 persen dari total jumlah anak. Padahal berbagai jenis makanan sudah dikenalkan sejak masa pengenalan makanan padat pendamping ASI (MP-ASI) untuk menghindari anak susah makan. Kok bisa, ya?

Menurut AAP (American Association of Pediatrics) ada 3 kategori perilaku makan yang sering membuat orang tua khawatir yaitu nafsu makan yang terbatas, selektif dalam memilih makanan, dan takut makan. Tiap kategori dibagi menjadi beberapa tingkatan. Yuk, simak penjelasannya.

Nafsu makan terbatas

Pada kategori ini, ada anak yang makan dengan benar, tapi jumlahnya sedikit.

Level normal/salah persepsi: Yang masuk dalam kategori ini adalah anak dengan badan lebih kecil dibanding teman-temannya sehingga membuat orang tua khawatir. Padahal asupan yang masuk sebenarnya sudah sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh. Pada level ini, orang tualah yang gagal menerima bahwa pertumbuhan anak setelah tahun pertama memang melambat.

Anak penuh energi dan aktif dengan nafsu makan sedikit: Karakter anak ini, seperti tertulis di atas, adalah anak yang aktif, penuh energi, dan penasaran pada lingkungannya. Ia lebih tertarik untuk bermain daripada makan. Masalah ini biasanya mulai muncul saat anak mulai berhenti disuapi dan makan sendiri. Mereka biasanya sulit untuk duduk tenang dan sulit menaikkan berat badan.

Anak yang apatis: Anak-anak ini cenderung tidak aktif, tidak tertarik baik dengan makanan atau lingkungannya, dan sulit berkomunikasi.

Penyakit organik: Beberapa anak sulit makan karena memang memiliki kondisi tertentu seperti alergi makanan.

Cara mengatasi

Pengobatan atau solusi dari nafsu makan terbatas adalah menekankan rasa lapar dan kenyang. Orang tua yang salah persepsi diberikan pemahaman untuk menerima bahwa kenyang bagi anak berbeda dengan kenyang bagi orang dewasa. Dokter akan menunjukkan pola pertumbuhan yang normal bagi anak serta pedoman pemberian makan untuk anak.

Sementara itu, anak yang aktif perlu bantuan untuk merespon rasa lapar dan kenyang. Jadwal makan dapat menjadi solusi, dengan total makan 5 kali per hari (termasuk camilan). Abaikan saat anak mulai berulah di waktu makan dan berikan pujian ketika anak makan dengan baik.

Untuk anak yang apatis, orang tua dapat memberikan interaksi lebih dan gizi yang juga lebih padat. Untuk anak dengan penyakit organik, solusi cenderung lebih kompleks dan mungkin membutuhkan jalur makan lain seperti lewat infus atau alat medis lainnya.

Si Pemilih Makanan

Ada tiga tingkatan bagi anak yang suka memilih makanan, yaitu:

Salah persepsi: Anak cenderung memilah makanan pada tahun pertama kehidupannya dan memuncak di usia 18-24 bulan, sebelum akhirnya fase tersebut selesai. Setelah masa ini, biasanya anak lebih terbuka untuk makanan baru, terutama sayuran pahit.

Selektif ringan: Level ini dikenal juga sebagai picky eater dimana anak hanya mengonsumsi jenis makanan yang lebih sedikit dibanding yang lain. Mereka tumbuh normal dan mendapat asupan nutrisi yang cukup. Kekhawatiran lebih pada perilaku yang muncul karena anak memilih makanan, seperti membuat anak jadi manja dan berefek pada masa depannya.

Sangat selektif: Anak membatasi jenis makanan sekitar 10-15 jenis. Mereka menolak makan karena banyak hal mulai dari rasa, tekstur, bau, suhu, dan penampakan makanan tersebut. Hal ini dapat mengganggu perkembangan motorik oral anak.

Kondisi medis/organik: Ada beberapa kondisi medis yang menyebabkan anak memilih makanan. Misalnya anak yang terhambat perkembangannya karena kelainan kromosom, mitokondria, atau hal lainnya.  Kelainan motorik juga bisa menjadi penyebab anak memilih makanan. Anak memasukkan makanan ke mulut tapi tidak dapat mengunyahnya.

Cara mengatasinya

Untuk orang tua yang salah persepsi, orang tua perlu edukasi tentang pentingnya mengenalkan makanan baru pada anak. Proses pengenalan ini dilakukan sekitar 8-15 kali tanpa memaksa.

Untuk selektif ringan, strategi yang dapat digunakan adalah menyembunyikan sayuran dalam saus atau membuat makanan dengan bentuk yang menarik.

Anak yang sangat selektif membutuhkan strategi yang lebih sistematik. Kehadiran terapis mungkin dibutuhkan. Anak dengan kondisi medis, termasuk anak dengan autisme, membutuhkan orang-orang yang lebih ahli.

Takut makan

Anak yang takut makan biasanya memiliki pengalaman buruk sebelumnya dan mengalami sedikit trauma. Penyebabnya beragam, mulai dari tersedak atau pengalaman yang berhubungan dengan kesehatan mulut.

Baik bayi maupun anak usia sekolah dapat mengalami takut makan. Untuk anak usia sekolah, pengalaman tersedak, gagging, dan muntah adalah pemicunya. Pada beberapa kasus, penyebabnya adalah orang tua yang memaksa anaknya makan.

Kondisi medis juga dapat membuat anak takut makan. Biasanya hal ini terjadi pada anak yang sebelumnya makan melalui alat medis seperti selang.

Cara mengatasi

Tindakan yang dilakukan fokus pada mengurangi rasa cemas saat makan dan berbeda-beda tergantung pada usia anak. Bayi yang takut menyusui dapat diberi makan saat mengantuk. Sementara itu anak yang lebih besar dapat dibujuk dengan memberikan hadiah atau pujian setelah berhasil makan.

Sumber:

Benny Kerzner, Kim Milano, William C. MacLean Jr, Glenn Berall, Sheela Stuart, Irene Chatoor. A Practical Approach to Classifying and Managing Feeding Difficulties. https://pediatrics.aappublications.org/content/135/2/344 Diakses pada 26 Maret 2019

Foto oleh Anna Shvets: https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-piza-minuman-makan-3905789/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *