Hal-Hal yang Harus Diperhatikan saat Anak Menjalankan Puasa Ramadhan

Momen puasa Ramadhan selalu ditunggu dan dinanti oleh seluruh Muslim di dunia, termasuk anak-anak. Anak-anak yang belum baligh (dewasa) sebenarnya tidak wajib berpuasa, namun orang tua mulai dapat mengenalkan dan mengajarkan anak berpuasa.

Berpuasa bukan hanya menahan lapar dan haus, namun anak juga harus tahu dengan jelas tujuan dan makna dalam menjalankan ibadah puasa. Dalam situs BMC Mayapada Hospital, menurut dokter spesialis anak, dr. Felliyani, Sp.A sebaiknya anak mulai berpuasa pada usia 6-7 tahun. Namun anak-anak di bawah usia 6 tahun juga dapat dikenalkan dengan berpuasa meski tidak satu haru penuh.

Sebelum mengijinkan anak melakukan puasa, maka sebaiknya ibu harus benar-benar memastikan kondisi anak, di antaranya yakni

  • Anak dalam keadaan sehat
  • Status gizi anak baik
  • Tidak melewatkan makan sahur
  • Segera berbuka saat waktunya
  • Sahur dan berbuka dengan makanan bergizi

Selain itu menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Aryono Hendarto, ibu harus dapat memenuhi sumber energi anak, dan memenuhi cadangannya. Dikutip dari situs Info Sehat FKUI, Selama puasa, metabolisme energi anak bergantung pada tiga hal. Pertama adalah glikogen yang merupakan bentuk dari glukosa dalam darah yang turun selama puasa. Kemudian kedua adalah lipid atau lemak yang merupakan sumber energi. Dan ketiga adalah protein yang dipisah menjadi asam amino. Jadi jika glukosa habis maka lemak yang dipecah untuk menjadi energi, dan jika lemak sudah digunakan maka sumber energi terakhir adalah protein. Jadi, penting untuk memenuhi kebutuhan energi anak agar tidak habis. Jika anak kekurangan energi, dia menjadi kurus.

Sebaiknya juga ibu harus tahu waktu kekosongan lambung. Menurut dr. Aryono, 2 jam setelah makan jumlah makanan dalam lambung mulai habis, Jika anak mengonsumsi makanan cair misalkan susu, maka proses pengosongan lambung lebih cepat yakni hanya dalam waktu 30 menit lambung sudah kosong.

Oleh karena itu menurut dr. Felliyani, sebaiknya saat sahur anak mengonsumsi pangan yang lambat dicerna sehingga glukosa darah naik perlahan dan bertahan lama contohnya roti gandum, ubi, kacang hijau dan berikan susu atau yoghurt sebelum imsak. Saat berbuka, berikan makanan yang dapat mempercepat kenaikan glukosa darah seperti kurma, kue manis, nasi. Jangan lupa berikan buah dan sayur sebagai sumber serat yang diperlukan, yakni hingga 12 gram sehari.

Orang tua juga harus tahu kondisi anak jika dia benar-benar sudah tidak kuat berpuasa, seperti misalnya lelah, gemetar, penglihatan kabur, pucat, keringat dingin. Juga waspada terhadap tanda dehidrasi anak seperti lemas, tidak buang air kecil selama lebih dari 6 jam, demam, mata cekung dan bibir kering.

Untuk menyemangati anak, beri apresiasi padanya jika dia berhasil berpuasa hingga waktu berbuka.

Foto oleh Naim Benjelloun dari Pexels

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *