Inisiasi Menyusui Dini (IMD) untuk Kebaikan Tumbuh Kembang Bayi

Kelahiran seorang bayi, menjadi anugerah yang sangat terindah bagi pasangan suami istri. Perhatian pun tentu akan tertuju pada pemenuhan gizi untuk tumbuh kembang bayi. Gizi terpenting dan terlengkap yang dibutuhkan bayi hanya dihasilkan oleh ibu, melalui Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI kepada bayi tidak dapat tergantikan oleh bahan makanan apa pun. Kebutuhan untuk dapat memberikan ASI dan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sejak bayi dilahirkan merupakan suatu keharusan untuk dilakukan, sehingga tumbuh kembang bayi dapat lebih optimal nantinya.

Pesan mengenai pentingnya ASI dan IMD turut disampaikan dalam acara seminar sehari yang dilaksanakan di Aula A Fakultas Kesejahteraan Masyarakat UI pada 29 Oktober lalu. Seminar yang dilaksanakan tersebut mengusung tema “Inisiasi Menyusui Dini: Langkah Awal Keberhasilan ASI Eksklusif”, dengan menghadirkan dr. Utami Roesli SpA, MBA, IBCLC, FABM dan dr. Ekarini Aryasatiani, SpOG(K).

IMD saat ini tengah menjadi isu yang patut diketahui oleh masyarakat luas. Pengertian IMD pun kadang belum dilakukan atau dimengerti seutuhnya saat proses kelahiran berlangsung. Utami menjelaskan, IMD memiliki pengertian sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mendukung bayi agar dapat mempertahankan hidup secara alami segera setelah dilahirkan. Pelaksanaan IMD pun telah ditegaskan secara hukum melalui PP no. 33 tahun 2012 dalam Pasal 9 dan Pasal 33 huruf d. “IMD merupakan proses menyusui yang dimulai secepatnya. Bukan melalui tindakan menggendong bayi lalu menyusuinya secara langsung, melainkan dengan meletakkan bayi di dada ibunya agar bayi mencari sendiri puting ibu untuk menyusui. Tindakan ini dilakukan minimal selama 1 jam,” jelas Utami.

Pentingnya IMD bagi bayi menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa menunda IMD dapat meningkatkan risiko kematian bayi. IMD setidaknya mampu menurunkan 22% mortalitas bayi. Melalui IMD pula terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi (skin to skin contact) yang dilakukan minimal selama 1 jam yang mampu memberikan efek tenang pada bayi. Utami memaparkan, pada kondisi skin to skin contact ini pula terjadi proses thermoregulator-thermo synchrony dimana ini merupakan kemampuan kulit ibu untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan si bayi. Sehingga tidak perlu khawatir untuk membiarkan bayi berada di ruangan terbuka terlalu lama karena sang ibu dapat menjadi penghangat alami untuk bayi. Melalui proses ini pula terjadi perpindahan bakteri baik yang ada di kulit ibu ke kulit bayi dan usus bayi melalui jilatannya sehingga menyaingi bakteri ganas dilingkungannya.

Ia mengingatkan bahwa manfaat tidak hanya dirasakan oleh sang bayi, melainkan juga oleh ibu yang telah melahirkan. Sentuhan dan jilatan yang dilakukan oleh bayi akan merangsang hormon oksitosin yang penting bagi ibu. Utami menjelaskan pula bahwa beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh baik bagi ibu yang melakukan proses ini. “Hormon oksitosin yang dirangsang keluar oleh bayi akan mampu memberikan manfaat penting yaitu membantu kontraksi rahim sehingga mengurangi pendarahan, membuat ibu lebih tenang, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, serta lebih bahagia, dan membantu merangsang pengaliran ASI,”urai Utami Rusli.K-35 (ayu)

Foto oleh Jonathan Borba: https://www.pexels.com/id-id/foto/menyusui-bayi-baru-lahir-3279208/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *