Rasa bingung mungkin muncul ketika Anda dihadapkan pada situasi bahwa sudah saatnya Si Kecil disapih. Kenapa? Karena Anda belum mengetahui bagaimana cara menyapih yang tepat dan nyaman bagi sang buah hati. Memang menyapih tidaklah semudah membalikkan tangan. Prosesnya harus berlangsung nyaman, alami dan tanpa paksaan.
Badan kesehatan dunia (WHO) memang merekomendasikan pemberian ASI sampai usia 2 tahun. Namun, untuk mempersiapkan menyapih, prosesnya dilakukan menjelang usianya 2 tahun. Namun tetap perhatikan kondisi anak, dengan memantau grafik pertumbuhan, perkembangan kognitif, fisik, bicara, emosional dan sosial.
Di sisi lain, seiring bertambahnya usia, Si Kecil sudah mendapat sumber gizi dari makanan lain. Anak juga semakin banyak beraktivitas sehingga frekuensi menyusunya pun berangsur berkurang.
Nah, berikut ini tips menyapih yang ‘penuh cinta’ seperti dipaparkan oleh pakar laktasi dr. Wiyarni Pambudi, Sp.A IBCLC.
Dukungan Suami
Bicarakan dengan suami mengenai rencana menyapih Si Kecil. Proses penyapihan dapat berlangsung lancar bila ada dukungan positif dari suami. Pasalnya, ibu dan ayah harus kompak untuk memudahkan upaya Si Kecil untuk mengurangi menyusu hingga benar-benar bisa disapih.
Beri Penjelasan
Dalam proses menyapih, komunikasi penting dilakukan. Meski anak mungkin belum begitu paham, tapi kita perlu beri penjelasan dengan bahasa sederhana bahwa sudah saatnya tidak menyusu lagi karena ia sudah besar. Misalnya kita mengatakan, “Adek, umurnya sudah 2 tahun, sudah besar ya. Adek belajar untuk berhenti menyusu ya. Mama ganti ASI dengan buah atau makanan yang enak lainnya ya.”
Jadi, kita berupaya berkompromi, tidak tiba-tiba menghentikan pemberian ASI. Dengan penjelasan yang sabar, lemah lembut dan penuh cinta pasti anak mengerti maksud kita. Ibu janga pernah bosan dan menyerahnya untuk mengulang memberikan penjelasan pada Si Kecil.
Lakukan Bertahap
Kemudian, cobalah Moms kurangi pemberian ASI secara perlahan menjelang usianya 2 tahun. Anda bisa coba “mengalihkan” dengan memberikan MPASI (Makanan Pendamping ASI) sesuai kebutuhannya atau memberi susu pertumbuhan, misalnya. Kenalkan anak dengan menu makanan baru dengan rasa, bentuk dan tekstur yang berbeda. Sajikan sebanyak 3-4 kali sehari untuk mengurangi anak menyusu di siang hari.
Diharapkan, seiring pola pemberian makanan telah baik, anak memiliki keinginan sendiri untuk berhenti menyusu. Pasalnya, asupan gizi harian sudah terpenuhi, ia tidak lagi tergantung dengan ASI. Anda harus yakin bahwa Si Kecil bisa beralih ke asupan gizi lain selain ASI.
Kemudian, kurangi frekuensi menyusui secara perlahan. Misal, berikan kesempatan lebih lama untuk menyusuinya dalam waktu tertentu. Kemudian, Moms beri jeda waktu lebih lama dari biasanya ketika mau menyusui kembali. Kurangi frekuensi menyusui di siang hari. Atau, bila waktu menyusui biasanya ketika Si Kecil akan tidur malam, sebaiknya yang menemaninya adalah ayah. Sebab, bila ibu yang menemani Si Kecil untuk tidur, ia ada alasan untuk menyusu.
Cara lain, sebelum tidur, anak dikenyangkan dulu dengan MPASI. Atau, menggantikan aktivitas menusu dengan kegiatan lain seperti mendongeng sebelum tidur, membacakan buku dan sebagainya.
Hindari Paksaan
Hindari cara paksaan untuk menghentikan Si Kecil menyusu. Kenapa? Karena bisa membuat ia merasa trauma, cemas atau merasa dicampakkan oleh ibunya. Misalnya, mungkin tak sedikit ibu yang masih menggunakan cara lama dengan mengoleskan sesuatu yang rasanya pahit pada puting payudara. Ini justru menuai permasalahan baru. Jadi, seperti halnya menyusui, menyapih pun harus dengan kasih sayang , dengan cara alami (natural weaning) dan dilakukan dengan perlahan.
Beri Pujian
Ketika Si Kecil berhasil tidak menyusu, jangan lupa berikan pujian. Misalnya, saat ia bisa terlelap malam tanpa harus menyusu lagi, berikan pujian. Dengan begitu, ia merasa senang dan mengulangi lagi keesokan harinya untuk tidak menyusu.
Pastikan Kesehatan Anak
Pastikan kondisi kesehatan Si Kecil. Sebaiknya menyapih dalam kondisi anak sehat. Pasalnya, ketika anak sakit, ia masih butuh menyusu sebagai rasa aman. Hindari pula menyapih bila anak sedang dalam kondisi marah atau sedih dan tidak bahagia. Hal itu akan mengganggu proses menyusu tidak lagi terasa aman dan menyenangkan.
Tunjukkan perhatian dan kasih sayang
Selama proses menyapih, tunjukkan perhatian dan kasih sayang. Misalnya, mendekap, mengusap, atau mencium anak. Ini dimaksudkan agar anak tahu bahwa kita tetap menyayanginya meski sudah tidak menyusuinya lagi.
Yang pasti, ketika Anda merasa bahwa Si Kecil sudah saatnya disapih, Anda harus merasa ikhlas dan yakin bahwa upaya tersebut akan berhasil dengan lancar.
Jangan Terburu-buru
Keberhasilan si kecil untuk lepas dari ASI tergantung pendekatan yang Moms lakukan. Keberhasilan tersebut dapat diperoleh dalam hitungan hari, minggu, hingga berbulan-bulan. Hal yang terpenting adalah jangan terburu-buru dan lakukan pendekatan secara intensif.
Pada dasarnya, masing-masing anak memiliki saat yang tepat untuk lepas dari pemberian ASI eksklusif. Lengkapilah langkah-langkah dan pendekatan untuk menyapih dengan memberikan si kecil pengertian bahwa ia sudah tumbuh besar. Selain itu, gantilah sumber nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dengan asupan makanan sehat yang lain.
Jangan lupa, tetap fokus pada kenyamanan Si Kecil selama proses menyapih ya! (HIlman/Foto: Fotolia)