Saat Ibu tak memiliki banyak waktu untuk menyiapkan menu makan anak , makanan olahan seakan menjadi penyelamat . Makanan olahan yang banyak beredar di pasaran seperti nugget , sosis , kornet , sarden , jus buah sudah lama menjadi favorit anak . Rasanya yang enak dan gurih , membuat jenis makanan tersebut ingin terus disantap . Praktis dan cepat sehingga sangat menghemat waktu . Namun faktanya ,banyak anggapan bahwa makanan olahan kurang menyehatkan karena mengandung zat-zat aditif seperti pengawet , pewarna , dan penambah rasa , benarkah?
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan pangan olahan?
Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu. Produksi pangan olahan dimaksudkan untuk memperpanjang umur simpan produk dan untuk membuat produk menjadi lebih praktis dan lebih tahan lama dari bentuk segarnya seperti misalnya daging kornet, daging beku, sayur acar ( pickeled ), kerupuk ikan, minuman teh dalam botol atau karton, dan lain sebagainya.
Apa beda pangan olahan dengan pangan segar?
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, dapat dikonsumsi langsung dan atau dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pangan olahan. Pangan segar tertentu mudah mengalami kerusakan, sehingga diperlukan pengolahan lebih lanjut, sehingga menjadi lebih tahan lama dan dapat disimpan pada suhu kamar dalam waktu yang lebih lama.
Mengapa pangan olahan bisa bertahan lebih lama?
Pangan olahan lebih awet karena proses pengolahan yang terlibat di dalamnya, seperti proses pengolahan dengan menggunakan panas seperti metode pasteurisasi, sterilisasi, metode pengeringan atau metode pembekuan. Pangan olahan tidak selalu mengandung bahan tambahan pangan seperti zat pengawet, pewarna, dan lainnya.
Berapa lama produk pangan olahan dapat bertahan setelah kemasannya dibuka?
Sangat tergantung pada jenis produk pangan olahannya, tetapi semua pangan olahan yang telah dibuka kemasannya memiliki masa simpan yang pendek. Jus apel dalam kemasan karton (tetrapak) misalnya, sebelum dibuka bisa bertahan selama delapan bulan, namun setelah dibuka hanya mampu bertahan beberapa hari saja (3-4 hari di suhu refrigerator). Sebelum
membeli pangan olahan, telitilah tanggal kedaluwarsa/masa simpan yang tertera dalam kemasan. Masa simpan adalah waktu dimana produk dapat dikonsumsi sesuai dengan yang dijanjikan oleh produsen dalam kondisi penyimpanan dan pengemasan yang dianjurkan.
Bagaimana menyimpan dengan tepat pangan olahan yang telah dibuka kemasannya?
Sebaiknya, beli pangan olahan untuk keperluan rumah tangga dalam kemasan kecil, sehingga bisa cepat habis setelah dibuka. Simpan pada suhu lemari pendingin untuk produk seperti jus buah, minuman mengandung susu, dan simpan dalam freezer lemari es jika pangan olahan yang Ibu beli mengandung bahan pangan sumber protein hewani yang mudah rusak (nugget, kornet, sosis).
Bagaimana kandungan gizi pangan olahan yang melalui proses pengolahan cukup panjang?
Pengolahan pada pangan pasti menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizi. Sebagian besar zat gizi akan rusak saat proses pegolahan karena sensitif terhadap tingkat keasaman, oksigen, sinar dan panas, atau kombinasi diantaranya. Pengolahan menggunakan panas seperti proses sterilisasi, pemasakan, pengeringan dapat menurunkan nilai gizi protein akibat terjadinya penurunan daya cerna protein dan ketersediaan asamasam amino esensial. Kerusakan lemak juga dapat terjadi saat proses pengolahan dengan menggunakan suhu tinggi. Begitu juga dengan vitamin yang mudah rusak ketika dipanaskan dengan adanya oksigen terutama pada suhu tinggi. Pengolahan karbohidrat dapat meningkatkan indeks glikemik pangan tersebut, sehingga berisiko terhadap peningkatan kadar glukosa darah.
Di lain sisi, proses pengolahan juga memberikan keuntungan terhadap beberapa komponen zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut yakni seperti perubahan kadar kandungan zat gizi, peningkatan daya cerna, dan ketersediaan zat-zat gizi serta penurunan berbagai senyawa antinutrisi yang terkandung di dalamnya, misal ketika diolah dengan cara fermentasi, produk fermentasi seperti tempe, yoghurt justru menambah nilai gizi produk tersebut. Oleh karena itu pemerintah sudah membuat peraturan untuk memproduksi pangan olahan yaitu dengan mewajibkan untuk menerapkan tata cara pengolahan pangan yang baik sehingga dapat menghambat proses penurunan atau kehilangan kandungan gizi bahan baku pangan yang digunakan.
Mengapa pangan olahan identik dengan penggunaan zat aditif atau bahan tambahan pangan (BTP)?
BTP merupakan bahan yang dapat digunakan dalam proses pengolahan pangan dan penggunaannya diatur oleh Pemerintah. Penggunaan BTP salah satunya dimaksudkan untuk mempertahankan dan memperbaiki nilai gizi, contohnya penggunaan antioksidan untuk mencegah dan menghambat terjadinya proses ketengikan. Selain BTP, ada juga zat gizi tertentu yang ditambahkan untuk memperkaya gizi pangan olahan seperti asam amino, mineral atau vitamin baik tunggal maupun campuran yang dapat memperbaiki atau memperkaya nilai gizi produk. Batas penggunaan BTP diatur oleh pemerintah dalam hal ini oleh Badan POM, yang telah menetapkan suatu batasan berapa banyak konsumsi BTP setiap hari yang dapat diterima dan dicerna setiap hari sepanjang hayat tanpa mengalami risiko kesehatan, dan batasan tersebut lebih dikenal dengan Acceptable Daily Intake (ADI).
Apa pangan olahan aman jika dikonsumsi anak?
Bayi pun sudah dapat mengonsumsi pangan olahan, tetapi pangan olahan yang memang khusus diperuntukkan untuk bayi yaitu susu formula. Anak usia satu tahun pun, sudah dapat mengonsumsi pangan olahan, karena setelah usia anak lebih dari setahun, jenis makanannya sudah sama dengan makanan keluarga. Namun demikian, karena pangan olahan mengandung BTP, konsumsinya tetap harus dibatasi, apalagi untuk anak usia dibawah 5 tahun atau anak yang beratnya lebih rendah dari orang dewasa. FFKI-12
Image source dari sini