Lemak selalu menjadi kambing hitam untuk segala permasalahan yang muncul terkait kesehatan tubuh, seperti penyakit jantung dan kenaikan berat badan berlebih. Padahal tidak semua lemak bersifat 'jahat' dan merugikan kesehatan.
Berdasarkan struktur kimianya lemak terbagi menjadi 3 jenis yakni lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, dan lemak tidak jenuh ganda. Masing-masing jenis lemak tersebut terdiri dari asam lemak yang memiliki efek yang unik pada tubuh.
Lemak memiliki tugas dalam tubuh, yakni sebagai penghasil energi dan kalori yang diperlukan untuk aktivitas sehari-hari, juga penting untuk proses tumbuh kembang anak. Lemak juga bertugas menjaga struktur membran sel seluruh tubuh, karena di dalam membran sel terdapat fosfolipid dan salah satu komponen fosfolipid adalah asam lemak. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai 'pembawa' dan membantu penyerapan vitamin-vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K.
Salah satu jenis lemak yang 'dicap' sebagai lemak 'jahat' adalah lemak jenuh. Namun kini, para peneliti menyangsikan hal tersebut karena bukti menunjukkan lain. Dalam Journal Brit Med (2015) disebutkan, asupan asam lemak jenuh yang sedikit pada tubuh tidak ada dampak yang terlihat jelas terhadap kesehatan jantung. Dari penelitian tersebut juga diketahui, asam lemak tak jenuh ganda yang berasal dari kacang-kacangan dan avokad misalnya, memberikan dampak positif pada kesehatan jantung, namun asam lemak jenuh lebih bersifat netral sama seperti zat gizi makro lainnya.
Elisabeth Weichselbaum Peneliti Senior dan Ahlli Gizi dari Fonterra dalam media diskusi di Jakarta (21/9/2016) mengungkapkan bahwa yang sebenarnya dapat mengganggu kesehatan adalah jika porsi lemak diganti dengan pangan berkalori tinggi (karbohidrat olahan). Porsi lemak dalam menu sehari-hari tidak ada hubungannya dengan kenaikan berat badan dan kesehatan jantung, “yang memengaruhi kenaikan berat badan dan mengganggu kesehatan jantung adalah total asupan kalori dalam tubuh. Diet rendah lemak justru berdampak buruk pada kesehatan, terlebih jika porsi diganti dengan karbohidrat olahan,” jelas Elisabeth. Bahkan menurut Lembaga Kesehatan Dunia (2010), telah dibuktikan bahwa keseimbangan energi sangat penting untuk menjaga berat badan dan kesehatan pada khususnya, serta memastikan asupan gizi yang tepat dan optimal terlepas dari berapa banyak persentase lemak dan persentase karbohidrat.
Tentang lemak susu
Banyak mitos tak berdasar yang beredar di masyarakat mengenai lemak susu, seperti lemak jenuhnya tidak baik untuk kesehatan, lebih baik susu tanpa lemak, dan sebagainya.
Padahal minum susu rendah lemak tidak lagi direkomendansikan lho. Menurut Elisabeth, dari beberapa penelitian menunjukkan, susu utuh (whole milk) dan produk olahan susu lainnya yang tinggi lemak tidak berkontribusi terhadap risiko terjadinya penyakit jantung. Bahkan konsumsi susu dan produk susu berhubungan dengan rendahnya risiko terjadinya stroke, diabetes, tekanan darah tinggi, dan sindrom metabolisme. Keju juga diketahui berhubungan dengan rendahnya risiko terjadinya stroke dan penyakit jantung.
Rutinlah mengonsumsi susu utuh untuk menjaga kesehatan tubuh, karena selain protein, susu mengandung berbagai zt gizi mikro seperti kalsium, vitamin B12, fosfor, asam folat, vitamin A, vitamin D, magnesium, seng, dan zat besi yang tidak terdapat dalam susu tanpa lemak. fby